Rabu, 04 Desember 2013

KONSEP-KONSEP DASAR MANAJEMEN STRATEGI



PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di zaman modern tugas manajer bukan hanya mengelola aktivitas internal organisasi tapi juga harus menaggapi berbagai tantangan yang berasal dari lingkungan eksternal organisasi, seperti pesaing, sumber daya yang semakin langka, badan pemerintah dan berbagai peraturannya, konsumen yang seleranya cepat berubah, kondisi ekonomi dan social, prioritas politik, dan perkembangan teknologi yang harus diantispasi, dimonitor, dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Untuk menangani segala sesuatu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisasi secara efektif, manajer melakukan proses manajemen secara optimal di lingkungan yang kompetitif dengan memaksimalkan antisipasi terhadap perubahan lingkungan.
Tujuan organisasi dapat tercapai dengan menyempurnakan proses-proses manajemen terutama dalam “perencanaan jangka panjang”, “perencanaan, pemrograman dan penganggaran”, serta “kebijakan bisnis” digabungkan dengan peramalan lingkungan serta pertimbangan eksternal dalam merumuskan dan mengimplementasikan rencana. Pendekatan menyeluruh ini dikenal sebagai manajemen startegi.
1. Definisi dan tugas manajemen strategi Manajemen strategi (strategi management) didefinisikan sebagai suatu keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Dimensi keputusan strategis Pada umumnya masalah strategis memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut:
a. Masalah strategis memerlukan keputusan manajemen puncak, hal tersebut disebabkan keputusan strategi mencakup berbagai bidang operasi suatu organisasi.
b. Masalah strategis memerlukan sumber daya organisasi dalam jumlah besar, keputusan strategis melibatkan alokasi yang substansial atas sumber daya manusia, asset fisik, atau dana yang di alihkan hal ini membuat organisasi memiliki komitmen terhadap tindakan-tindakan selama periode waktu yang cukup panjang.
c. Masalah strategis sering kali memengaruhi kesejahteraan jangka panjang organisasi, keputusan strategis biasanya membuat organisasi memiliki komitmen dalam jangka panjang, namun dampak dari keputusan tersebut akandirasakan jauh lebih panjang.
d. Masalah strategis berorientasi masa depan, keputusan strategis di buat berdasarkan apa yang diprediksikan oleh manajer. Dalam keputusan tersebut, menekankan pada pengembangan proyeksi yang akan memungkinkan organisasi memilih pilihan strategi yang paling menjanjikan.
e. Masalah strategis biasanya memiliki multifungsi dan multibisnis, keputusan mengenai hal-hal seperti bauran, konsumen, penekanan kompetitif, atau struktur organisasi umumnya melibatkan sejumlah unit bisnis strategis, divisi atau unit program organisasi.
f. Masalah strategis memerlukan pertimbangan atas masalah eksternal organisasi, organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi eksternal yang sebagian besar berada diluar kendali organisasi.






BAB I
KONSEP-KONSEP DASAR
MANAJEMEN STRATEGI


1.1.  SIFAT DAN NILAI MANAJEMEN STRATEGI

Mengelola aktivitas-aktivitas internal perusahaan hanya sebagian dari tanggung jawab eksekutif yang modern. Eksekutif yang modern harus juga menanggapi tantangan – tantangan yang diakibatkan oleh lingkungan eksternal yang cepat dan juga tidak bersahabat. Lingkungan eksternal yang cepat berubah terdiri atas pesaing pemasok, sumberdaya yang semakin jarang, lembaga pemerintahan dengan peraturan-peraturan yang beraneka ragam, dan pelanggan yang preferensinya sering berubah dengan tidak dapat dipahami/jelaskan. Lingkungan eksternal yang tidak bersahabat terdiri atas kondisi ekonomi dan social, politik,dan pengembangan teknologi, yang semuanya haris di antisipasi, dimonitor, dinilai, dan di gabungkan kedalam pengambilan keputusan eksekutif. Bagaimanapun juga, eksekutif sering dipaksa menomorduakan kepentingannya terhadap permintaan dari aktivitas internal perusahaan dan lingkungan eksternal terhadap persyaratan-persyaratan yang banyak dan sering tidak konsisten dari stakeholder, yaitu pemilik, manajer pucak, karyawan, masyarakat, pelanggan dan Negara.

            Proses manajemen yang bertipe luas, berskala besar menjadi secara dramatis lebih canggih setelah Perang Dunia Kedua. Proses ini mengaapi peningkatan dalam ukuran dan jumlah perusahaan yang bersaing: Terhadap peranan yang di perluas dari pemerintahan seagai pembela, penjual, pengaur, dan pesaing dalam sistem perusahaan yang cukup bebas, dan keterlibatan usaha yang lebih besar dalam perdagangan internasional. Mungkin perbaikan yang paling signifikan dalam proses manajemen muncul pada tahun 1970-an, ketika long-range planning, new venture management,planning,programming,budget-ing, dan business policy digabungkan

            Menurut John A Pearce II dan Richard B. Robinson, Jr, Manajemen strategi adalah kumpulan keputusan dan tindakan yang merupakan hasil dari formulasi dan implementasi, rencana, yang didesain untuk mencapai tujuan sesuatu perusahaan.
Manajemen Strategi terdiri atas 9 tugas kritikal sebagai berikut :
1.    Memformulasi misi (mission) perusahaan, termasuk pernyataan yang luas  mengenai maksud (purpose), falsafah (philosophy) dan sasaran (goal).
2.    Mengembangkan suatu profil perusahaan (Company Profile) yang merefleksi kondisi internalnya dan kemempuan.
3.    Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk baik factor kompetitif, maupun factor yang berhubungan dengan konteks umum.
4.    Menganalisis opsi perusahaan dengan menandingi sumber daya perusahaan dengan lingkungan eksternalnya.
5.    Mengidentifikasi opsi yang paling diinginkan dengan menilai setiap opsi dipandang dari sudut misi perusahaan.
6.    Memilih sekumpulan tujuan jangka panjang dan strategitotal (grand strategies) yang akan mencapai opsi yang paling diinginkan.
7.    Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan kumpulan tujuan jnganka panjang yang di pilih dari strategi secara keseluruhan (grand strategi)
8.    Mengimplementasikan pilihan strategi dengan alat alokasi sumberdaya yang di anggarkan, yaitu memadani tugas – tugas, manusia, struktur,teknologi, dan menekankan system ganjaran.
9.    Menilai keberhasilan proses strategi sebagai masukan untuk pengambilan keputusan masa yang akan dating.

Seperti yang ditunjukan kesembilan tugas di atas, manajemen strategi, mencakup perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengendalian keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan, yang berhubungan dengan strategi perusahaan. Melalui “strategi”, manajer mengartikan rencana berskala dasar dan berorientasi masa depan mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan yang kompetitif untuk mencapai tujuan perusahaan. Suatu strategi merupakan rencana permainan suatu perusahaan.
Manajemen strategi merupakan suatu falsafah (philosophy), suatu sikap  (attitude), suatu cara hidup (way of life) dan suatu komitmen (commitment), yang perlu ditekankan disini adalah bahwa manajemen strategi bukanlah suatu usaha untuk membuat keputusan-keputusan masa yang akan dating, manajemen strategi bukanlah meramalkan penjualan: manajemen strategi bukanlah suatu metodologi tunggal yang di tentukan (a single prescibde methology), manajemen strategi bukanlah bagan (flowchart) atau sekumpulan prosedur.

1.2.       DIMENSI KEPUTUSAN STRATEGI
Keputusan apa yang dihadapi suatu usaha adalah strategi, sehingga mendapat perhatian manajemen ? secara tipikal , masalah-masalah strategi mempunya dimensi-dimensi berikut :
1.    Masalah – masalah berikut memerlukan keputusan-keputusan manajemen puncak.
     Karena keputusan strategi melingkupi beberapa segi operasi suatu perusahaan, maka keputusan-keputusan strategi memerlukan keterlibatan manajement puncak. Biasanya hanya manajemen puncak mempunyai pandangan yang di perlukan untuk memahami implikasiyang luas dari keputusan-keputusan demikian, dan kekuatan untuk member otorisasi alokasi sumber daya yang diperlukan .

2.    Masalah-masalah strategi memerlukan jumlah biaya sumber daya perusahaan yang besar.
     Keputusan-keputusan strategik meliputi alokasi yang subtansi dari manusia, aktiva fisik, atau uang yang harus, baik diarahkan kembali dari sumber daya internal, maupun dijamin dari luar perusahaan. Keputusan-keputusan strategi juga malakukan komitmen perusahaan terhadapa tindakan selama priode yang panjang. Karena alas an tersebut, masalah strategi memerlukan sumber daya yang substansi.
3.    Masalah srategik sering mempengaruhi kemakmuran janganka panjang perusahaan.
     Keputusan-keputusan strategi seolah-olah melakukan komitmen perusahaan untuk waktu yang lama, secara tipikal adalah lima tahun; bagaimanapun juga, pengaruh dari keputusan demikian sering berakhir jauh lebih lama. Apabila suatu perusahaan telah berkomitmen terhada suatu strategi khusus, citra dan keunggulan kompetitif, perusahaan sering bertalian dengan strategi tersebut. Perusahaan menjadi mengatahui pasarnya tertentu, untuk produk tertentu, dengan teknologi tertentu. Perusahaan akan membahayakan keuntungan mereka apabila perusahaan berpindah dari pasar, produk, atau teknologi tersebut dengan melakukan adopsi suatu strategi yang secara radikal berbeda. Ini berarti, keputusan strategi mempunyai pengaruh yang menahan (enduring effect) atas perusahaan untuk mejadi lebih baik atau lebih jelek.

4.    Masalah-masalah strategi berorientasi pada masa depan.
     Keputusan-keputusan strategi berdasarkan pada apa yang manajer ramalkan dari pada apa yang manajer ketahui. Dengan keputusan demikian penekanan di tempatkan pada pengembangan proyeksi yang akan memungkinkan perusahaan memilih opsi strategi yang paling menjanjikan. Dalam lingkungan perusahaan yang bebas bersaing dan lingkungan yang bergolak, suatu perusahaan akan berhasil hanya apabila perusahaan mengambil posisi yang proaktif (proactive/anticipatory stance) terhadap perubahan.

5.    Masalah-masalah strategi biasanya mempunya konsekuensi yang multi fungsional atau multi usaha.
     Keputusan-keputusan strategi mempunyai implikasi yang rumit terhadap kebanyakan segi perusahaan. Keputusan keputusan mengenai masalah-masalahseperti bauran pelanggan, penekanan kompetitif, atau struktur organisasi mencakup sejumlah unit usaha strategi (SBU=Strategi  business Unit) perusahaan, divisi-divisi, atau unit-unit program.

6.    Masalah-masalah strategi perlu mempertimbangkan lingkungan eksternal perusahaan.
     Semua perusahaan berada pada system yang terbuka. Perusahaan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang besar diluar pengendalian mereka. Sebab itu, agar berhasil memposisi suatu perusahaan dalam situasi yg kompetitif, manajer strategi harus melihat operasi diluar perusahaannya. Mereka harus mempertimbangkan factor-faktor lain yang relevan (seperti pesaing, pelangan, pemasok, kreditur, pemerintah, dan tenaga kerja).
Masalah-masalah manajemen strategi berhubungan dengan :
1.    Alokasi sumberdaya waktu dan uang yang terbatas terhadap usaha manajemen jangak panjang.
2.    Memahami keperluan untuk komitmen yang tergabung oleh setiap orang apabila manajemen jangaka panjang menjadi efektif.
3.    Percampuran dari nilai pribadi (personal values) dengan tujuan perusahaan.
4.    Identifikasi sikap manajemen terhadap resiko, pertumbuhan, motivasi dan persaingan kompetitif (competitive rivalry).
5.    Membangu  hubungan yang positif diantara kelompok manajemen
6.    Memindahkan informasi secara bebas pada seluruh proses perencanaan.

1.3.       TIGA TINGKAT STRATEGI
Hirarki pengambilan keputusan dari suatu perusahaan terdiri dari 3 tingkatan. Pada puncak dari hirarki ini adalah tingkat korporat (corporate level), yang terdiri atas dewan direksi dan pejabat eksekutif kepala (CEO/Chief Executive Officer). Mereka bertanggung jawab untuk kinerja keuangan perusahaan dan untuk mencapai tujuan non-keuangan, seperti meningkatkan citra perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab sosial. Sampai tingkat tertentu, sikap pada tingkat korporat merefleksi perhatian pemegang saham dan masyarakat. Pada perusahaan multi usaha, eksekutif tingkat korporat menentukan usaha usaha yang perusahaan harus dilibatkan. Mereka juga menetapkan tujuan-tujuan dan menformulasikan strategi-strategi yang menjangkau aktivitas dan segi-segi fungsional dari usaha tersebut. Manajer strategi tingkat korporat berusaha melakukan eksploitasi kompetensi khusus (distinctive competence) dengan melakukan adopsi suatu pendekatan portofolio terhadap pengelolaan usaha dan dengan mengembangkan rencana jangka panjang, yang secara tipikal untuk periode selama 5 tahun.
Hirarki pengambilan keputusan menengah adalah tingkat usaha (business level), terutama terdiri atas manajer usaha dan korporat. Manajer-manajer ini harus menerjemahkan pernyataan pengarahan (statements of direction) dan maksud yang diperoleh pada tingkat korporat ke dalam tujuan yang konkret dan strategi-strategi untuk divisi usaha individual atau SBU. Pada dasarnya, manajer startegik tingkat usaha menentukan bagaimana perusahaan akan bersaing dalam daerah/produk pasar yang dipilih. Mereka berusaha keras untuk mengidentifikasi dan menjamin segmen pasar  yang paling menjanjikan dalam daerah tersebut. Segmen tersebut merupakan bagian dari pasar total yang perusahaan dapat pertahankan karena keunggulan kompetitifnya.

Hirarki pengambilan keputusan yang paling bawah adalah tingkat fungsional(functional level), terutama dari manajer produk. Geografi, dan area fungsional. Mereka mengembangkan tujuan tahunan dan strategi-strategi jangka pendek pada area-area seperti produksi, operasi, riset dan pengembangan, keuangan dan akutansi, pemasaran, dan sumber daya manusia. Bagaimanapun juga, tanggungjawab utama mereka adalah melakukan implementasi atau melaksanakan rencana-rencana strategi perusahaan.
Apabila manajer tingkat korporat dan usaha memusatkan perhatian mereka pada “melakukan sesuatu yang benar (doing the right things)”, maka   manajer pada tingkat fungsional memusatkan perhatian mereka kepada “melakukan sesuatu dengan benar (doing things right)”, ini berarti, mereka menekankan seperti masalah-masalah efesiensi dan efektivitas produksi dan system pemasaran, mutu pelayanan, dan keberhasilan dari produk-produk dan jasa khusus dalam meningkatkan pangsa pasar perusahaan.

1.4.    KARAKTERISTIK DARI KEPUTUSAN MANAJEMEN STRATEGI

Karakteristik manajemen strategi bervariasi dengan tingkat aktivitas strategi yang dipertimbangkan, keputusan – keputusan pada tingkat korporat cenderung lebih berorientasi pada nilai (value oriented), lebih konseptual , dan kurang konkret dibandignkan dengan keputusan pada tingkat usaha dan fungsional. Keputusan tingkat korporat juga bercirikan risiko dan biaya yang lebih besar serta potensial laba; keperluan yang lebih besar untuk fleksibilitas; dan horizon waktu yang lebih lama. Keputusan – keputusan demikian termasuk pemilihan usaha, kebijakan dividen, sumber pembiayaan jangka panjang, dan prioritas pertumbuhan.
Keputusan-keputusan tingkat fungsional melakukan implementasi seluruh strategi yang diformulasi pada tingkat korporat dan usaha. Keputusan-keputusan tingkat fungsional mencakup masalah-masalah operasional yang berorientasi tindakan dan secara relative berjangka pendek dan risikonya lebih kecil. Keputusan-keputusan tingkat fungsional terjadi hanya pada biaya yang rendah, karena keputusan tidak tergantung pada sumber-sumber daya yang tersedia. Keputusan-keputusan tersebut biasanya dapat disesuaikan terhadap aktivitas yang berjalan, dan sebab itu, dapat diterapkandengan kerja sama yang minimal. Karena keputusan demikian relative konkret dan dapat dikuantifikasi, keputusan-keputusan tersebut mendapatkan perhatian dan analisis yang kritikal, walaupun potensi laba yang komparatif dari keputusan-keputusan tersebut lebih rendah. Keputusan-keputusan tingkat fungsional yang umum termasuk keputusan-keputusan pada pemberian nama generic vs nama merek (generic vs brand name labeling), riset dan pengembangan dasar vs terapan, tingkat persediaan yang tinggi vs rendah, peralatan produksi yang bertujuan umum vs yang bertujuan khusus dan supervise yang ketat vs yang longgar.
Keputusan-keputusan tingkat usaha membantu menjembatani keputusan pada tingkat korporat dan fungsional. Keputusan demikian lebih murah, kurnag mempunyai resiko, dan secara potensial kurang menguntungkan daripada keputusan tingkat korporat. Keputusan tingkat usaha lebih mahal, lebih mempunyai resiko, dan secara potensial lebih menguntungkan dibandingkan dengan keputusan tingkat fungsional. Keputusan tingkat usaha termasuk lokasi pabrik, segmentasi pasar, dan cakupan geografi, serta saluran distribusi.
 
1.5.       FORMALITAS DALAM MANAJEMEN STRATEGI  
Formalitas dari sistem manajemen strategi bervariasi. Formalitas (formality) merupakan tingkat sejauh mana  partisipasi, tanggung jawab, wewenang, dan keleluasaan dalam pengambilan keputusan dispesifikasi. Formalitas merupakan pertimbangan yang penting dalam pengkajian manajemen strategi; karena formalitas yang lebih besar biasanya secara positif berhubungan dengan biaya, kelengkapan, akurasi, dan keberhasilan perencanaan.  
Sejumlah kekuatan menentukan seberapa besar formalitas diperlukan dalam menajemen strategi. Ukuran organisasi, gaya manajemen yang utama, kompleksitas lingkungan, proses produksi, masalah-masalah organisasi, dan maksud dari system perencanaan organisasi semuanya memainkan sebagian dalam menentukan tingkat formalitas yang sesuai.
Secara khusus, formalitas berhubungan dengan ukuran perusahaan dan tahap-tahap pengembangan perusahaa. Metoda-metoda untuk menilai keberhasilan strategi dihubungkan dengan formalitas. Beberapa perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan yang kecil, mengikuti suatu mode/cara kewirausahaan (entrepreneurial mode).

1.6.      PEMBUAT STRATEGI (STRATEGY MAKERS)
Kelompok manajemen strategi yang ideal termasuk pengambil keputusan dari seluruh tingkat perusahaan (tingkat korporat, usaha, dan fungsional) misalnya CEO (chief Executive Officer), manajer produk, dan kepala bagian fungsional. Sebagai tambahan, kelompok tersebut memperoleh masukan dari staf perencanaan perusahaan, apabila staf tersebut ada, dan dari manajer dan penyelia yang tingkatannya lebih rendah. Yang terakhir ini memberikan data untuk keputusan strategi dan kemudian melakukan implementasi strategi.
Karena keputusan strategi mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu perusaan dan memerlukan komitmen yang besar dari sumber daya perusahaan, manajer puncak harus memberikan persetujuan akhir untuk tindakan strategi.
            Departemen perencanaan yang sering dikepalai oleh seorang wakil direktur perencanaan korporat, adalah umum di perusahaan besar.
            Perusahaan-perusahaan berukuran menengah sering mempekerjakan paling sedikit satu anggota staf yang punya waktu untuk mempelopori usaha pengumpulan data strategi. Bahkan di perusahaan kecil atau perusahaan besar yang kurnag progresif, perencanaan strategi sering dipelopori oleh seeorang pejabat atau oleh sekelompok pejabat yang ditunjuk sebagai panitia perencanaan.
            Apakah sebenarnya tanggung jawab manajer dalam proses perencanaan strategi pada tingkat korporat dan usaha? Manajemen puncak memangku tanggung jawab yang luas untuk semua unsur utama dari   perencanaan dan manajemen strategi. Manajemen puncak mengembangkan porsi utama dari rencana dan penelaahan strategi dan meberikan nasihat pada porsi yang lain. Manajer umum pada tingkat usaha secara tipikal mempunyai tanggung jawab utama untuk mengembangkan analisis lingkungan dan pengalaman, menetapkan tujuan usaha, dan mengembangkan rencana usaha yang disusun oleh kelompok staf.
            Direktur suatu perusahaan atau CEO pada dasarnya memainkan peranan yang penting dalam proses perencanaan strategi. Kewajiban utama CEO sering didefinisikan sebagai pemberi pengarahan jangka panjang kepada perusahaan, dan CEO pada akhirnya bertanggung jawab untuk keberhasilan strategi perusahaan. Sebagai tambahan, CEO secara tipikal adalah individual yang berkeinginan kuat, berorientasi pada perusahaan dengan penghargaan diri yang tinggi. CEO sering menolak memberikan wewenang untuk memformulasi atau menyetujui keputusan strategi.
            Bagaimanapun juga, apabila CEO secara dominan melakukan pendekatan otokratis, maka efektivitas dari perencanaan strategi perusahaan dan proses manajemen tampaknya akan hilang. Karena alasan tersebut, membangun suatu system manajemen strategi manyetakan secara tidka langsung bahwa CEO akan memperbolehkan manajer pada semua tingkat berpatisipasi dalam postur strategi (strategi posture) perusahaan.


1.7.  MANFAAT MANAJEMEN STRATEGI
Dengan menggunakan pendekatan manajemen strategi, manajer pada seluruh tingkatan perusahan berinteraksi dalam perencanaan dan pengimplementasian. Akibatnya, konsekuensi perilaku dari manajemen strategi adalah sama dengan pengambilan keputusan partisipatif. Sebab itu, suatu penilaian yang akurat dari pengaruh formulasi strategi atas kinerja organisasi memerlukan tidak hanya kriteria penilaian keuangan, akan tetapi juga kriteria penilaian non-keuangan-tolok ukur dari akibat yang didasarkan pada perilaku. Dalam kenyataannya, meningkatkan konsekuensi perilaku positif juga memungkinkan perusahaan mencapai tujuan keuanganya. Bagaimanapun, dengan mengabaikan kemampuan dari rencana strategi,
Beberapa akibat perilaku dari manjemen strategi memperbaiki kesejahteraan perusahaan, yaitu :
1.    Aktivitas-aktivitas formulasi strategi memperkuat kemampuan  perusahaan untuk mencegah masalah-masalah. Manajer yang mendorong perhatian bawahan untuk perencanaan akan terbantu dalam pemonitoran dan peramalan tanggung jawab bawahan yang sadar akan keperluan perencanaan strategi.
2.    Keputusan strategi yang didasarkan pada kelompok group-based strategi decisions) tampaknya diambil dari alternatif tersedia yang paling baik. Proses manajemen strategi  menghasilakn keputusan yang lebih baik, karena interaksi kelompok menghasilkan keanekaragaman strategi yang lebih besar dank arena peramalan berdasarkan pendangan khusus dari anggota kelompok memperbaiki penyaringan opsi-opsi.
3.    Keterlibatan karyawan dalam formulasi strategi memperbaiki pemahaman mereka mengenai hubungan produktivitas-ganjaran pada setiap rencana strategi  dan dengan demikian mempertinggi motivasi.
4.    Celah dan saling tumpang tindih dalam aktivitas di antara individual dan kelompok dikurangi, karena partisipasi dalam formulasi strategi menjernihkan perbedaan dalam peran.
5.    Resistensi berubah dikurangi. Walaupun peserta dalam formulasi strategi mungkin lebih senang dengan keputusan mereka sendiri dari pada mereka harus menerima keputusan yang harus diterima secara paksa (authoritarian decisions), kesadaran mereka yang lebih besar mengenai parameter yang membatasi opsi yang tersedia membuat mereka tampaknya lebih dapat menerima keputusan  tersbut.

Menurut J. Kim Dedee, manfaat dasar dari manajemen strategi  adalah memungkinkan manajer di seluruh perusahaan untuk :
1.      Mengantisipasi lingkungan yang berubah.
2.      Menempatkan kekuatan lingkungan dalam hirarki yang logis.
3.      Mengidentisipasi factor-faktor keberhasilan dalam arena kompetitif.
4.      Menentukan posisi perusahaan dalam industry.
5.      Memfokus pada area keputusan yang paling penting untuk memperbaiki posisi bersaing perusahaan.
6.      Menulis tujuan dan arah yang jelas.
7.      Menggabungkan falsafah jangka panjang yang mendasar ke dalam perusahaan.
8.      Memperhatikan konsekuensi jangka panjang dari keputusan saat sekarang.
9.      Mengkoordinasi alokasi sumber-sumber daya yang langka.
10.  Memperbaiki komunikasi.
11.  Melebihi pesaing dalam industry yang sama dalam jangka panjang.

1.8.  KELEMAHAN POTENSIAL MANAJEMEN STRATEGI
            Menurut J. Kim Dedee, manajemen strategi menyababkan manajer :
1.      Gagal melakukan adopsi falsafah perencanaan jangka panjang.
2.      Memisahkan perencanaan dari sandaran manajemen korporat.
3.      Menjadi demikian member perhatian pada tanggung jawab perencanaan jangka panjang sehingga manajer mengabaikan tugas-tugas manajemen saar sekarang.
4.      Terus menggunakan pemngambilan keputusan intuitif yang bertentangan secara strategi dengan keputusan-keputusan yang di desain
5.      Mendesain gaya manajemen yang kaku, tidak mempunyai toleransi, dan hanya didasarkan pada angka-angka
6.      Menjadi rabun (myopic) dan mengaharapkan hasil yang tidak realistis dari manajer bawahan.
7.      Kehilangan fleksibilitas dalam lingkungan yang berubah cepat.
8.      Tidak dapat menangani kejutan yang besar dalam kondisi bergejolak
9.      Menjadi kelebihan muatan dengan data yang berlebihan untuk pengambilan keputusan manajemen yang efektif
10.  Memperoleh rencana-rencana tandap medapakan alat-alat untuk mengimplentasi atau melaksakan rencana-rencana.

1.9.  RISIKO MANAJEMEN STRATEGI
Manajer harus dilatih untuk mengamankan tiga tipe konsekuensi negative
yang tidak diinginkan dari keterlibatan dalam formulasi strategi.
            Yang pertama, waktu yang manajer gunakan dalam proses manajemen strategi mungkin mempunyai pengaruh negative pada tanggung jawab operasional. Manajer harus dilatih untuk meminimalkan pengaruh tersebut dengan melakukan penjadwalan kewajiban mereka agar memungkinkan waktu yang diperlukan untuk aktivitas strategi.
            Yang kedua, apabila pembuat strategi (formulator) tidak secara mendalam terlibat dalam implementasi, maka mereka dapat mengelak tanggung jawab pribadi mereka untuk keputusan yang di ambil .
            Yang ketiga, manajer strategi harus dilatih untuk mengantisipasi dan menaggapi kekecewaan dari bawahan yang berpartisipasi atas pengharapan yang tidak tercapai.
            Membuat peka manajer terhadap kemungkinan konsekuensi negative dan menyiapkan mereka dengan riset yang efektif untuk meminimalisasi konsekuensi demikian akan memperkuat potensial perencanaan strategi.